Menurut Kim sebagaimana dikutip Lusiana Lubis, bahwa dari tema-tema pembicaraan tentang komunikasi antarbudaya, ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan, sehingga terlihat jelas berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi dan integritas komunikasi. a. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan komunikasi. Istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup etnis, ras, dan sebagainya. Dalam hal ini, perhatian dan minat para ahli komunikasi antarbudaya banyak meliputi komunikasi antar individu-individu dengan kebudayaan nasional berbeda atau antar individu dengan kebudayaan ras etnik berbeda. Bahkan ada yang lebih mempersempit lagi pengertian pada kebudayaan individual karena seperti orang mewujudkan latar belakang yang unik. b. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya. Dalam hal ini, komunikasi antarbudaya dapat lagi diklasifikasikan berdasarkan konteks sosial dari terjadinya. Misalnya, dalam konteks bisnis, pendidikan, politik, akulturasi imigran, politik dan sebagainya. Komunikasi dalam semua konteks di atas merupakan persamaan dalam hal unsur-unsur dasar dan proses komunikasi manusia. Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran. Penggunaan pesan-pesan verbal atau nonverbal serta hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi proses-proses komunikasi antarbudaya. c. Saluran yang diakui oleh pesan-pesan komunikasi antarbudaya. Saluran inilah yang membedakan komunikasi antarbudaya dengan komunikasi lainnya. Secara garis besar, saluran komunikasi ini dapat dibagi atas saluran komunikasi antarpribadi maupun media massa. Saluran melalui komunikasi antarpribadi seperti antara satu orang dengan orang lain secara langsung. Kemudian media massa, yaitu melalui radio, surat kabar, TV, film maupun majalah. Umumnya pengalaman komunikasi antarpribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan karena sifatnya satu arah. Ketiga dimensi yang telah dijelaskan di atas, dapat digunakan secara terpisah ataupun bersamaan dalam mengklasifikasikan fenomena komunikas antarbudaya. Maka apapun tingkat keanggotaan kelompok sosial dan saluran komunikasi, komunikasi dianggap antarbudaya apabila para komunikator yang menjalin kontak dan interaksi berasal dari latar belakang pengalaman budaya yang C. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Antarbudaya 1. Faktor Yang Mendukung Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antarbudaya memiliki tema pokok yang membedakannya dari studi komunikasi lainnya, yaitu perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar antara para komunikator yang disebabkan kebudayaan yang berbeda. Konsekuensinya, jika ada dua orang yang berbeda budaya maka akan berbeda pula perilaku komunikasi dan makna yang dimilikinya. Dalam perbedaan inilah diharapkan orang-orang yang berbeda budaya dapat membangun komunikasi, sehingga terjadi kesamaan makna terhadap sesuatu yang dibicarakan. Proses terjadinya komunikasi antarbudaya dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini. 24Lusiana Lubis, Pengantar, h. 5. xxxvi Budaya C Gambar 2. 1. Model Komunikasi Antarbudaya. Disadur dari Mulyana dan Rakhmat 200121. Pengaruh budaya atas individu dan masalahāmasalah penyandian dan penyandian balik pesan terlukis pada gambar diatas. Tiga budaya diwakili dalam model ini oleh tiga bentuk geometric yang berbeda. Budaya A dan budaya B relatif serupa dan masing-masing diwakili oleh suatu segi empat yang hampir sama. Sedangkan budaya C terlihat sangat berbeda dari budaya A dan budaya B. Perbedaan yang lebih besar ini tampak pada bentuk melingkar budaya C dan jarak fisik dari budaya A dan budaya B. Dalam setiap budaya ada bentuk lain yang agak serupa dengan bentuk budaya. Ini menunjukkan individu yang telah dibentuk oleh budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari bentuk budaya yang mempengaruhinya. Ini menunjukkan dua hal. Pertama, ada pengaruhāpengaruh lain di samping budaya yang membentuk individu. Kedua, meskipun budaya merupakan sesuatu kekuatan dominan yang mempengaruhi individu, orangāorang dalam suatu budaya pun mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Penyandian dan penyandian balik pesan antarbudaya dilukiskan oleh panah-panah yang menghubungkan budaya yang berbeda. Panah-panah di atas menunjukkan pengiriman pesan dari budaya yang satu ke budaya lainnya. Ketika suatu pesan meninggalkan budaya dimana ia disandi, pesan itu mengandung makna yang dikehendaki oleh penyandi encoder. Ini ditunjukkan oleh panah yang meninggalkan suatu budaya yang mengandung pola yang sama seperti pola yang ada dalam individu penyandi. Ketika suatu pesan sampai pada budaya dimana pesan itu harus disandi balik, pesan itu mengalami suatu perubahan dalam arti pengaruh budaya penyandi balik decoder telah menjadi bagian dari makna pesan. Makna yang terkandung dalam pesan yang asli telah berubah selama fase penyandian balik dalam komunikasi antarbudaya, oleh karena perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki decoder tidak mengandung makna-makna budaya yang sama seperti yang dimiliki encoder. Model tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak ragam perbedaan budaya dalam komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya terjadi dalam banyak ragam situasi yang berkisar dari interaksi-interaksi antara orang-orang yang berbeda secara ekstrem hingga interaksi-interaksi antara orang-orang yang mempunyai budaya dominan yang sama tetapi mempunyai subkultur dan subkelompok yang Dari uraian di atas, dapatlah dipastikan bahwa pada masyarakat majemuk heterogen komunikasi antar budaya tidak dapat dihindari. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya komunikasi antarbudaya adalah persepsi di antara budaya yang berbeda-beda. Persepsi mempengaruhi berlangsungnya komunikasi antar budaya. Pemahaman akan perbedaan persepsi diperlukan jika ingin meningkatkan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain yang berbeda kebudayaan. Sebagaimana dikatakan Liliweri, bahwa semakin tinggi tingkat kesamaan persepsi individu dalam suatu kelompok maka semakin besar 25Mulyana dan Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, h. 20. kemungkinan anggota kelompok itu berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat mempertahankan Faktor lainnya adalah imitasi. Imitasi adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh orang lain. Orang sukar untuk belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain. Bahkan tidak hanya dalam berbahasa, tetapi juga tingkah laku tertentu, seperti cara memberi hormat, cara berterima kasih, cara memberi isyarat dan sebagainya. Demikian juga cara berpakaian, adat-istiadat, dan konvensi-konvensi lainnya. Oleh sebab itu, faktor imitasi juga turut memegang peranan penting dalam kegiatan komunikasi antarbudaya. Dalam kaitan ini, seorang sosiolog Prancis, Gabriel Tarde menyebutkan bahwa semua peniru merupakan hasil langsung dari berbagai bentuk imitasi, antara lain imitasi gaya, imitasi pendidikan, imitasi kepatuhan, dan imitasi kebudayaan. Dengan cara imitasi, pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide, dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat, dan dengan demikian pula seseorang dapat melebarkan dan meluaskan hubungan-hubungannya dengan orang Faktor lainnya adalah simpati. Sikap ini dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Orang tiba-tiba merasa dirinya tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena salah satu ciri tertentu 26Liliweri, Gatra-Gatra, h. 114. 27 Gerungan, Psikologi Sosial, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2002, h. 68. melainkan karena keseluruhan cara bertingkah laku orang tersebut. Timbulnya simpati itu merupakan proses yang sadar bagi diri manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Simpati menghubungkan seseorang dengan orang lain. Simpati sangat penting dalam menjalin hubungan dan komunikasi 2. Faktor Penghambat Komunikasi Antarbudaya a. Etnosentrisme Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang luar yang bukan warga masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan corak khas tersebut, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari kebudayaan lainnya. Corak khas yang dimaksud adalah suku bangsa etnic group yang terikat oleh kesadaran dan identitas yang juga dikuatkan oleh Etnik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata etnichos, yang secara harfiah digunakan untuk menerangkan keberadaan kelompok penyembah berhala atau kafir. Dalam perkembangannya istilah etnik mengacu pada kelompok yang diasumsikan sebagai kelompok yang fanatik dengan idiologinya. Para ahli ilmu sosial menganalogikan kelompok etnik sebagai sekelompok penduduk yang mempunyai kesamaan sifat-sifat budaya, misalnya bahasa, adat istiadat, perilaku budaya, karakteristik budaya, serta Etnosentrisme merupakan salah satu konsep yang mempunyai kaitan erat dengan etnik. Secara sederhana, etnosentrisme dipahami sebagai kecenderungan 28Ibid. h. 74. 29Koentjaraningrat, Pengantar, h. 263. 30Liliweri, Gatra-Gatra, h. 334-335. untuk mengevaluasi nilai, kepercayaan dan perilaku dalam kultur sendiri, dan menganggap itu lebih baik, lebih logis dan lebih wajar dari pada kultur lain. Sikap etnosentrisme sering disamakan dengan sikap mempercayai sesuatu, sehingga kadang-kadang sukar sekali bagi yang bersangkutan untuk mengubahnya, walaupun dia menyadari bahwa sikapnya salah. Sikap etnosentris disosialisasikan atau diajarkan kepada anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak dengan nilai-nilai kebudayaan Menurut Matsumoto, etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya Berdasarkan definisi ini, etnosentrisme tidak selalu negatif. Etnosentrisme dalam hal tertentu dapat mengandung nilai-nilai yang positif. Tidak seperti anggapan umum yang mengatakan bahwa etnosentrisme merupakan sesuatu yang fungsional karena mendorong kelompok dalam perjuangan mencari kekuasaan dan kekayaan. Pada saat konflik, etnosentrisme benar-benar bermanfaat. Dengan adanya etnosentrisme, kelompok yang terlibat konflik dengan kelompok lain akan saling mendukung satu sama lain. Apa yang disampaikan Matsumoto seiring dengan pendapat Bahar yang menegaskan, bahwa apabila seluruh etnis yang berjumlah 525 yang berdiam pada struktur kebangsaan dan kenegaraan Indonesia memiliki saluran efektif untuk melakukan interaksi dengan budaya yang berbeda-beda, maka Republik Indonesia tidak akan berhadapan dengan masalah keresahan konflik antaretnis, apalagi 31Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta PT. RajaGrafindo Persada, 1997, h. 135. 32David Matsumoto, Culture and Psychology USA Cole Publishing Company, 1996, h. 147. gerakan separatis yang bermotifkan Ini artinya, bahwa Indonesia yang merupakan negara multi etnis dan multi budaya akan mampu mengeleminir konflik antaretnis jika dilakukan penyerapan terhadap aspirasi setiap etnis dengan secara adil dan merata. Kemajemukan bangsa Indonesia, sejak lama disadari memiliki potensi konflik yang besar. Kemajemukan bangsa Indonesia sangat mudah dieksploitasi menjadi sumber konflik dan sebaliknya kebhinnekaan tersebut dapat menjadi potensi kekuatan jika dikelola dengan baik. Hal inilah yang dilakukan Kolonial Belanda pada saat penjajahan terjadi. Belanda memanfaatkan perbedaan etnis dengan baik berdasarkan pengenalan yang mendalam atas masyarakat dan kerajaan-kerajaan tua yang ada pada masa lalu. Adu domba devide et impera menjadi senjata ampuh bagi mereka sehingga Belanda berhasil mengelola potensi konflik yang ada di masyarakat untuk Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa setiap kelompok etnik memiliki keterikatan etnik yang tinggi melalui sikap etnosentrisme. Etnosentris tersebut memiliki prasangka sosial yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku berkomunikasi. Seseorang cenderung memandang norma dan nilai kelompok budayanya sebagai sesuatu yang mutlak dan dapat digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap kebudayan lain. Oleh karena itulah, etnosentris dikatakan sangat berpengaruh dalam komunikasi antarbudaya, 33Safaruddin Bahar, Menjernihkan Posisi Etnis Dalam Negara Nasional. www. diunduh tanggal 20 Desember 2012. 34Sahat Marajohan Doloksaribu, āMemahami Permasalahan Indonesia Kontemporerā dalam Siciae Polites Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. V No. 16, h. 38. misalnya meningkatkan kecendrungan untuk memilih dengan siapa kita berkomunikasi. Dengan demikian, untuk menghilangkan sikap etnosentrisme ini, setiap orang yang berkomunikasi antarbudaya setidaknya harus bersikap terbuka terhadap perbedaan nilai, kepercayaan dan sikap. Menempatkan diri pada posisi lawan bicara yang berasal dari budaya yang berbeda, bersikap spontan dan deskriptif, mengkomunikasikan sikap positif, menganggap berkomunikasi adalah kesetaraan, tetap percaya diri dan tenang dalam setiap situasi serta tidak sombong. Dalam komunikasi lintas budaya, hal-hal ini sangat penting dijaga. Dengan demikian, hambatan yang ada dalam komunikasi antarbudaya menjadi tidak ada. b. Prasangka Sosial Prasangka sosial merupakan sikap perasaan seseorang terhadap golongan tertentu, baik golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan orang yang berprasangka. Prasangka sosial yang pada awalnya hanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif, lambat laun menjadi tindakan yang diskriminatif terhadap orang-orang yang termasuk golongan yang diprasangkai itu tanpa terdapat alasan-alasan yang objektif pada pribadi orang yang dikenai tindakan Prasangka merupakan salah satu faktor penghambat terjadinya proses komunikasi. Hal ini disebabkan karena sikap curiga dan emosi yang memaksa seseorang untuk menarik sebuah kesimpulan tanpa menggunakan pikiran dan pandangan terhadap fakta yang ada. Menurut Johnson 1986 sebagaimana dikutip Liliweri, ada beberapa penyebab terjadinya prasangka, yaitu 1. Perbedaan antar 35 Gerungan, Psikologi, h. 179. kelompok, 2. Nilai yang dimiliki kelompok lain nampaknya sangat menguasai kelompok minoritas, 3. Adanya stereotip, 4. Adanya perasaan superior kepada kelompok Prasangka memiliki pengaruh yang kuat terhadap komunikasi antaretnis. Prasangka sosial juga berhubungan dengan stereotip etnis yang merupakan seperangkat sifat yang menjadi atribut kelompok etnis tertentu dari sudut pandang etnis lain. Stereotip merupakan satu sikap yang dimiliki seseorang untuk menilai orang lain semata-mata berdasarkan pengelompokan rasa atau pengelompokan yang dimilikinya Stereotip pada umumnya mengarah kepada sikap negatif terhadap orang lain. Seperti ditegaskan Mulyana, bahwa streotipe muncul karena adanya perbedaan identitas kolektif yang terbangun dalam suatu budaya. Streotip akan semakin menguat ketika terjadi pertentangan antara dua kelompok yang berbeda. Seperti halnya tudingan antara orang kulit putih dengan kulit Jenis-jenis stereotipe mudah dijumpai dalam masyarakat majemuk. Berdasarkan sumbernya, stereotipe negatif memiliki tingkatan dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun stereotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu, seperti kekuasaan misalnya, bisa menyebabkan benturan hingga 36 Liliweri, Gatra-Gatra, h. 176. 37Suwardi Lubis, Komunikasi Antarbudaya; Studi Kasus Batak Toba dan Etnik Cina Medan USU Press, 1999, h. 21. 38Deddy Mulyana, Komunikasi Lintas Budaya Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2004, h. 265. kekerasan. Stereotipe biasanya merupakan referensi pertama ketika seseorang atau kelompok melihat orang atau kelompok lain. Stereotipe akhirnya merupakan penghambat potensial dalam komunikasi antarbudaya. Jika komunikasi diantara orang yang berbeda etnik didahului oleh stereotip negatif, maka komunikasi tidak akan efektif. c. Jarak sosial Jarak sosial adalah kondisi seseorang atau masyarakat yang berbeda tingkat peradabannya dengan orang lain atau masyarakat lain meskipun itu berada dalam zaman atau masa yang sama. Jarak sosial membedakan kelompok-kelompok masyarakat secara horizontal berdasarkan jarak peradabannya. Jarak sosial memasukkan faktor pemisah nonfisik, misalnya perbedaan pendidikan, penghasilan, kekayaan, pekerjaan, kebangsaan, atau agama. Dalam komunikasi antarbudaya kadang faktor sosial tersebut lebih berperan daripada pemisahan secara geografis fisik. Keluarga kaya yang bertetangga dengan keluarga miskin, misalnya, meskipun secara fisik dekat, tetapi jarak sosialnya jauh.
Padadimensi perubahan sosial, media baru lebih berpotensi mendorong perubahan karena mereka lebih terlibat dan fleksibel dan kaya akan informasi. Media baru mengatasi rintangan jarak dan waktu. Teknologi baru membebaskan kita dari banyak batasan meskipun masih ada alasan sosial budaya mengapa aktivitas komunikasi masih terlokalisasi. MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Disusun Oleh LUTHFIYAH SHAFIRA 07031281520157 Dosen Pembimbing Febrimarani Melinda, PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2016/2017 1Page TUGAS MANDIRI I FISIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA KAMPUS INDRALAYA Mata Kuliah Jurusan / Kelas Dosen Komunikasi Antar Budaya Ilmu Komunikasi / B Dr. Fauziah Asyiek, M. Si Febrimarani Malinda, MA Jenis Tugas Tugas Mandiri Metode Review dan Analisis Tujuan Mengembangkan cara belajar dan pemahaman mahasiswa pada tingkat komunikasi antar budaya. Guna mengukur kemampuan dan ketajaman analisis mahasiswa terhadap objek kajian di dalam Komunikasi Antar Budaya. Rincian Tugas 1. Buatlah paper Komunikasi Antar Budaya yang mengandung isi tentang Ruang Lingkup KAB, Paradigma dalam KAB, serta Kajian singkat tentang Bahasa dan Budaya di Indonesia. 2. Buatlah paper pada kertas A4 dengan aturan penulisan Huruf Times New Roman, Ukuran Huruf 12, Spasi 1,5 3. Gunakan 4 buah Buku sebagai bahan refrensi, minimalisir penggunaan artikel di dalam Website, dan sertakan di dalam Daftar Pustaka pada halaman terakhir. 4. Buatlah paper sebanyak 17 lembar, yang masing-masing terdiri dari 1 lembar Halaman depan, 1 lembar Halaman Daftar Tugas Mandiri I, 13 lembar Halaman ISI terdiri atas, 5 lembar Pembahasan tentang Ruang Lingkup KAB, 4 lembar Pembahasan tentang Paradigma dalam KAB, dan 4 lembar Pembahasan tentang Kajian Bahasa dan Budaya di Indonesia, 1 lembar Halaman Kesimpulan, 1 lembar Halaman Daftar Pustaka. 5. Tugas di serahkan 5 hari setelah tugas di berikan. Paling telat pada pukul WIB di Kampus Indralaya. 6. SELAMAT MENGERJAKAN!!!!! Palembang, 19 Agustus 2016 DOSEN PENGASUH FEBRIMARANI MALINDA, MA 2Page A. RUANG LINGKUP KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA ļ¶ KOMUNIKASI. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah āsama maknaā. Yang dimaksud āsama maknaā adalah tujuan inti dari dibangunnya komunikasi yang baik, yaitu adanya persamaan persepsi sudut pandang dan cara berpikir pemahaman dalam setiap interaksi sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman saat berkomunikasi. Carl I. Holand berpendapat bahwa ākomunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan biasanya lambang-lambang verbal untuk mengubah perilaku orang lain komunikati. Sedangkan, Harold Lasswell mengemukakan definisi dari komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut āwho sayssiapa yang mengatakan?, what in apa yang dikatakan?, which channel melalui saluran atau media apa yang digunakan?, to whom untuk siapa pesan tersebut disampaikan?, dan terakhir with what effect bagaimana pengaruhnya?ā Deddy Mulyana, 201368-69. Dari dua definisi di atas terdapat inti dari definisi komunikasi, yaitu pesan yang ingin disampaikan oleh sumber kepada penerima harus dapat diterima dengan baik dan dapat memberi pengaruh seperti yang diharapkan agar tidak muncul kesalahpahaman dalam pemahaman makna. Pada awalnya komunikasi hanya memiliki tiga unsur penting, yaitu sumber, pesan informasi, dan penerima. Namun, unsur-unsur tersebut berkembang hingga menjadi lebih banyak, antara lain sumber yang juga bisa menjadi penerima komunikan, pesan atau informasi, penerima sekaligus sumber komunikator atau komunikati, efek atau pengaruh dari komunikasi, media atau saluran yang digunakan, adanya feedback atau respon yang didapat, adanya gangguan baik dari internal maupun eksternal, dan terakhir lingkungan atau konteks dari komunikasi. Fungsi komunikasi sendiri dalam komunikasi antar budaya apabila dikaitkan dengan fungsi komunikasi menurut William I. 3Page Gorden, yaitu komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental Deddy Mulyana, 2013 5. Fungsi pertama komunikasi sosial adalah untuk membangun diri menjadi lebih baik sehingga dapat berhubungan dengan orang lain. Fungsi kedua komunikasi ekspresif membuat seseorang lebih dapat menyampaikan maksud dari perkataannya melalui ekspresi yang ditunjukkan sehingga mengurangi timbulnya kesalahpahaman. Fungsi ketiga ; komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif lewat tradisi atau kebiasaan yang sering dilakukan. Dan terakhir fungsi keempat komunikasi instrumental bertujuan untuk menginformasikan, mengubah sikap, dan juga menghibur secara garis besar dimaksudkan untuk membujuk seseorang untuk mengubah sikapnya menjadi lebih baik. ļ¶ BUDAYA. Istilah budaya berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi dan akal. Budaya merupakan suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. DalamKamus Besar Bahasa Indonesia 2003 169, budaya bisa diartikan sebagai; 1 pikiran, akal budi; 2 adat isitiadat; 3 sesuatu mengenai kebudyaan yang sudah berkembang beradab, maju; dan 4 sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah Djoko Widagdho, 2010. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan, adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Budaya berkenaan dengan kehidupan manusia karena faktor utama yang tanpa disadari telah melekat pada manusia sedari ia lahir. Budaya yang dibawanya sedari ia lahir adalah budaya yang diberikan oleh orang tuanya atau sering dikatakan adalah kebiasaan/cara yang diturunkan dari generasi ke generasi. Seperti yang dikatakan oleh Tubbs, Stewart and Moss, Sylvia dalam Rini Darmastuti, 2013 29 bahwa āculture is a way of life developed and shared by a group of people and passed down from generation to generationā yang dapat 4Page diartikan menjadi ābudaya adalah sebuah cara hidup yang dikembangkan dan diberikan oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi . Budaya yang diwariskan itulah yang mempengaruhi cara hidup manusia dari bagaiamana cara bertahan hidup, cara berinteraksi, cara berkomunikasi, hingga kebiasaan yang dilakukan yang akan bercampur saat ia berinteraksi dengan orang lain yang memiliki budaya yang berbeda. Budaya memiliki unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan persepsi kita saat berkomunikasi Rini Darmastuti, 2013 3335, yaitu 1. Kepercayaan, nilai, dan sikap. Unsur ini menjadi faktor utama yang mempengaruhi kita saat berkomunikasi karena dapat menjadi penghalang persamaan persepsi apabila memiliki kepercayaan, nilai, dan sikap yang berbeda dari sumber komunikator. 2. Pandangan dunia. Yang dimaksud dalam unsur ini adalah bagaimana persepsi dunia pada suatu hal dapat mempengaruhi kita berkomunikasi. 3. Organisasi sosial. Organisasi apa yang kita ikuti menjadi tempat atau lingkungan yang dapat mempengaruhi persepsi kita akan suatu hal dan dapat membentuk perilaku maupun persepsi yang baru. 4. Tabiat manusia. Unsur ini merupakan unsur yang dibawa sedari kecil yang menjadi kebiasaan dan sulit untuk diubah serta, menjadi salah satu faktor utama yang dapat menimbulkan kesalahpahaman saat berkomunikasi. 5. Orientasi kegiatan. Kegiatan yang kita lakukan seharihari juga dapat memberi pengaruh persepsi kita dalam memandang suatu hal. 6. Persepsi tentang diri dan orang lain. Unsur ini sangat dipengaruhi dari latar belakang yang kita miliki karena secara tidak langsung menanamkan stereotip dan prasangka yang sedari dulu sudah ada. ļ¶ KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA. 5Page Istilah antar budaya diperkenalkan oleh Edward T. Hall pada tahun 1959 lewat bukunya yang berjudul āThe Silent Languangeā, tetapi Hall tidak menerangkan secara mendalam tentang pengaruh budaya terhadap proses komunikasi antar pribadi. Setelah Hall dilanjutkan oleh ahli lainnya seperti David Berlo yang menulis buku berjudul āThe Process of Communicationā pada tahun 1960, Berlo dalam bukunya mentikberatkan pada kajian kebudayaan dalam komunikasi antar budaya. Rini Darmastuti, 2013 58 Larry A Samovar, dkk dalam bukunya Communication between Cultures terjemahan, 2010 13 mendefinisikan tentang komunikasi antar budaya sebagai satu bentuk komunikasi yang melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi dalam Rini Darmastuti, 2013 63. Menurut Stewart1974, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilainilai, adat, dan kebiasaan dalam Daryanto, 2016 207. Jadi, definisi dari komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang melibatkan komunikator partisipan yang memiliki perbedaan budaya baik dari segi bahasa, nilai-nilai, adat maupun kebiasaan, tetapi masih memiliki kesamaan latar belakang negara atau bangsa yang sama. Penekanan pada komunikasi antar budaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu. Unsur-unsur dari komunikasi antar budaya adalah unsur gabungan dari unsur komunikasi dan unsur budaya, yaitu komunikatorpartisipan, pesaninformasi yang berupa bahasa 6Page verbal dan nonverbal, persepsi makna, efekpengaruh, dan budaya kepercayaan, nilai, sikap, kebiasaan. ļ· Dimensi-dimensi komunikasi antar budaya Teori Komunikasi, 2016 209-210 1 Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan. Dimensi ini merujuk pada berbagai tingkat kompleksitas dari organisasi sosial. 2 Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antar budaya. Dimensi ini merujuk pada latar belakang pengalaman atau kegiatan individu yang berbeda. 3 Saluran yang dilalui oleh pesan komunikasi anarbudaya. Dimensi ini merujuk pada saluran atau media apa yang digunakan saat berkomunikasi. Budaya dan komunikasi saling memiliki keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Karena berjalannya suatu komunikasi yang baik didukung dengan saling mengenal dan memahami budaya yang lain apabila tidak, akan muncul kesalahpahaman dan sebaliknya. Berkembangnya suatu budaya juga didukung melalui komunikasi yang benar agar pesan yang disampaikan melalui budaya lambang atau simbolik dapat tersampaikan dengan baik. B. PARADIGMA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Sebelum menjelaskan paradigma dari komunikasi antar budaya kita terlebih dahulu harus memahami tentang arti paradigma. Dalam bahasa inggris paradigma disebut paradigm. Paradigma berasal dari bahasa Latin, yaitu para dan deigma. Secara etimologis, para berarti di samping atau di sebelah dan deigma memiliki arti memperlihatkan yang berarti model, contoh, ideal. Tokoh yang mengembangkan istilah paradigma dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas Kuhn dalam bukunya āThe Structure of Scientific Revolutionā. Menurut Thomas Kuhn, paradigma adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yang umum merupakan suatu sumber nilai sehingga menjadi sumber hukum, metode, dan penerapan ilmu yang menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. 7Page Menurut Muhammad Adib, dalam bukunya filsafat ilmu ia mengemukakan bahwa ada empat paradigma ilmu yang dikembangkan untuk ilmu pengetahuan, antara lain. a. Paradigma Positivisme Positivistik. Yaitu aliran yang menyatakan bahwa ilmu alam adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan memandang bahwa suatu pernyataan dikatakan ilmu pengetahuan apabila sebenarnya b. dapat dibuktikan secara empiris. Paradigma Post-Positivisme. Yaitu aliran yang memperbaiki kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan pengamatan langsung terhadap objek dan memandang bahwa suatu hal yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh c. manusia peneliti. Paradigma Critical Theory Paradigma Teori Kritis. Yaitu aliran yang masyarakat digunakan keseluruhan, untuk tidak mengkritik, hanya mengubah memahami dan menjelaskannya, dan berpengaruh terhadap perubahan sosial dalam mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih d. adil. Paradigma Konstruktivisme. Yaitu aliran yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif dengan membuat struktur, kategori, konsep, skema, yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan. Pada komunikasi antarbudaya, paradigma lahir karena adanya kelemahan dalam penelitian komunikasi antar budaya yang dilakukan. Tulsi B. Saral pada tahun 1979 dalam Komunikasi Antarbudaya, 1996 245-246 menyebutkan lima kelemahan penelitian komunikasi antarbudaya saat itu 1. Dalam budaya barat, tekanan terlalu banyak pada penggunaan indera visual dan auditif; padahal bangsabangsa berbeda dalam mengindera stimuli. Orang Afrika Barat misalnya, kurang begitu mengandalkan indera visual; dan lebih percaya pada indera auditif. 8Page 2. Hampir semua studi komunikasi antarbudaya terbatas pada apa yang dipersepsi atau diekspresikan. Ini terjadi karena car berpikir Barat yang materilistik ingat klasifikasi Weltanschauung dari Asante menafsirkan pengalmanpengalaman mistis. 3. Penelitian juga bertumpu pada pada yang dianggap sebagai objective truth. Pandangan dunia tentang realitas tunggal menguasai asumsi-asumsi penelitian. 4. Para teorisi Barat cenderung memisahkan jiwa dari tubuh, individu dan lingkungan, kesadaran individu dari kesadaran kosmis. 5. Kebanyakan studi komunikasi didasarkan pada model linear yang mekanistis. Model ini sangat cocok untuk melukiskan komunikasi antar budaya yang holistik. Lima kelemahan di atas ditujukan kepada penelitian-penelitian terdahulu yang didominasi oleh paradigma positivistik positivisme. Oleh karena itu, muncullah paradigma baru yang membantu memperbaiki kelemahan paradigma positivistik, paradigma tersebut adalah paradigma naturalistik. Paradigma positivistik membentuk kita untuk memahami ilmu pengetahuan hanya pada sesuatu yang dapat diukur berdasarkan bilangan yang nyata. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, paradigma positivistik adalah paradigma yang mengacu pada logika-empiris atau bisa dijelaskan bahwa suatu kajian dipandang sebagai ilmu pengetahuan apabila dapat dibuktikan melalui observasi, nilai kuantifikasi, dan merumuskan generalisasi dan hasil pengamatan secara nyata. Karena konsep ini merujuk kepada konsep sosial maka, peneliti mengambangkan skala-skala pengukuran dengan variabelnya adalah sikap. Untuk komunikasi antar budaya misalnya, kita dapat mengguanakn skala world-minded attitudes dari Sampson dan Smith atau internationalism dari Free dan Cantrill. Dengan mengubah konsep menjadi variabel dijelaskan dalam apa yang lazim disebut operasionalisasi. 9Page Padahal dalam kenyataannya konsep merupakan hal yang tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan bilangan. Konsep merupakan suatu pandangan yang hanya bisa dijelaskan dengan kalimat dan ada di pikiran kita. Dengan penjelasan yang sudah ada kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam positivistik sebuah pandangan dinyatakan ilmu pengetahuan konsep yang realistis apabila dapat dibuktikan secara kuantitatif dan logika-empiris. Padahal konsep merupakan hal yang tak memiliki batas dan tidak bisa dibatasi karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menanggapi suatu hal. Paradigma naturalistik adalah paradigma yang beranggapan bahwa realitas adalah hasil konstruksi kita; karena setiap orang mengkonstruksi realitas kita mengenal banyak realitas Komunikasi Antarbudaya, 1996 247. Tujuan penelitian tidak lagi hanya untuk memperoleh pengatahuan nomothetik hukum-hukum yang dapat digeneralisasikan, tetapi juga mencari dan mengembangkan pengetahuan idiografik penjelasan tentang kasus-kasus. Pengamat dan objek yang diamaati melakukan hubungan tinbal balik karena saling mempengaruhi. Paradigma naturalistik menjadi lebih relevan untuk melakukan penelitian komunikasi antar budaya karena melihat konsep tidak hanya dari sudut pandang peneliti, tetapi juga dari sudut pandang objek yang diteliti. Paradigma positivistik hanya melihat pecahan-pecahan realitas tentu saja sulit untuk melihat konteks. Penelitian paradigma naturalistik yang menempatkan proses itu menjadi satu-satunya alternatif. Tetapi dengan bergabungnya metode penelitian paradigma positivistik dan paradigma naturalistik dapat lebih efektif dalam pengujian dan pembuatan konsep melalui verifikasi dan logikaempiris hasil dari observasi yang dilakukan. Dalam beberapa buku lain paradigma dijelaskan dengan kata lain asumsi dasar. Alo Liliweri 2003 15 memberikan asumsi-asumsi dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya sebagai berikut. 10 P a g e 1. Komunikasi antar budaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan 2. komunikan. Dalam komunikasi antar budaya terkandung isi dan relasi antar 3. 4. pribadi. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar budaya bertujuan untuk mempengaruhi 5. 6. tingkat ketidakpastian. Komunikasi berpusat pada kebudayaan. Efektivitas antar budaya merupakan tujuan komunikasi. C. KAJIAN BAHASA DAN BUDAYA DI INDONESIA ļ¶ BAHASA. Dalam proses komunikasi, pesan menjadi salah satu unsur atau komponen utama komunikasi. Pesan adalah rangkaian simbol yang kita gunakan dalam proses penyampaian informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Menurut Rudolph F. Verderber dalam Rini Darmastuti, 2013 6, ia berpendapat bahwa pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu atau sebagai perantara penyampaian pesan agar dapat dimengerti komunikan. Simbol dibagi menjadi simbol verbal dan simbol nonverbal. Simbol verbal salah satunya adalah bahasa. Bahasa hingga kini belum dijelaskan secara eksplisit siapa penemu dan kapan bahasa muncul dan digunakan di bumi ini, tetapi ada teoritikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi dari perilaku sosial Deddy Mulyana, 2013 263. Koentjaraningrat dalam bukunya Sosiolinguistik 1985, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Artinya, kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat di bawah kebudayaan, tetapi sangat berkaitan. Bahasa pada intinya menjadi salah satu hal yang harus dikuasai oleh komunikan apabila ingin melakukan komunikasi agar lebih efektif saat berkomunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, bahasa memiliki arti, 11 P a g e sebagai berikut. 1 n sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; 2 percakapan perkataan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan-santun, baik budinya. Bahasa memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Book mengemukakan bahasa memiliki tiga fungsi intinya, yaitu untuk mengenal dunia dan sekitar kita; untuk berhubungan dengan orang lain; dan untuk menciptakan koherensi keterkaitan dalam kehidupan kita Deddy Mulyana, 2013 267. Dari pendapat di atas tentang fungsi bahasa, pada umumnya bahasa berfungsi untuk menjadi alat penyambung komunikasi antar komunikan dengan lingkungan sekitarnya. Indonesia memiliki 200juta lebih penduduk jiwa yang tinggal di berbagai daerah di Indonesia timur hingga barat yang memiliki kekhasan dan kebudayaan yang berbeda pada setiap daerah. Dari hasil riset badan bahasa Indonesia, ada 700-an lebih bahasa yang digunakan masyarakat Indonesia dan ada beberapa bahasa yang sudah punah. Padahal dengan adanya keberagaman bahasa di Indonesia semakin menambah nilai kekayaan budaya Indonesia. Oleh karena itu, para peneliti terus mengusahakan berbagai upaya agar mengurangi tingkat kepunahan bahasa melalui revitalisasi bahasa. Salah satu bentuk revitalisasi yang dapat dilakukan adalah dengan pendokumentasian bahasa. Menurut Lewis et al., 2015 berpendapat bahwa ada dua dimensi dalam pencirian keterancaman bahasa, yaitu jumlah penutur yang menggunakan bahasanya semakin sedikit serta, jumlah dan sifat penggunaan atau fungsi penggunaan bahasa. Menurut Hinton 2011 291ā293, revitalisasi bahasa adalah upaya untuk mengembalikan bahasa yang terancam punah pada tingkat penggunaan yang lebih baik dalam masyarakat setelah mengalami penurunan penggunaan. Hinton mengusulkan enam upaya nyata yang dapat dilakukan dalam mengembalikan penggunaan bahasa yang hampir punah, yaitu belajar beberapa kata seperti salam dan perkenalan atau percakapan pendek ; mengumpulkan publikasi 12 P a g e linguistik, catatan lapangan dan rekaman suara sebagai bagian dari penciptaan sumber daya berbasis masyarakat dan arsip; mengembangkan sistem tulis dan pembuatan kamus berbasis masyarakat dan tata bahasa pedagogis; membuat rekaman audio atau video dari penutur yang tersisa dengan tujuan mendokumentasikan dan mengarsipkan contoh penggunaan bahasa mereka dengan membuat korpus bahan berbagai jenis; mengikuti kelas bahasa atau kemah bahasa; dan menjalankan sekolah imersi penuh sekolah yang bahasa pengantarnya adalah bahasa yang terancam punah itu sendiri untuk anak-anak pada masyarakat yang memiliki sumber daya untuk mendukung mereka. ļ¶ BUDAYA. Budaya sebenarnya muncul dari kebiasaan-kebiasaan lama yang terus dilakukan dan diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi sebuah tradisi. Menurut Clifford Geerzt dalam Rini Darmastuti, 2013 29, mengartikan budaya sebagai pola transmisi sejarah dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya melalui simbol-simbol yang mereka gunakan. Budaya memiliki karakteristik yang sangat berciri khas dari satu daerah dengan daerah lainnya. Karakteristik-karakteristik budaya tersebut adalah 1. Komunikasi dan Bahasa. Komunikasi dan bahasa memiliki jenis dan karakteristik yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya, berupa bahasa verbal atau bahasa nonverbal gerak tubuh. 2. Pakaian dan Penampilan. Cara berpakaian dan berpenampilan juga menjadi ciri khas yang berbeda dari masing-masing daerah. 3. Makanan dan Kebiasaan Makan. Makanan dan kebiasaan makan juga menjadi karakteristik yang berbeda dari daerah-daerah tertentu. 4. Waktu dan Kesadaran akan Waktu. Cara pandang orang tentang nilai relatif waktu dari masing-masing orang dan daerah. 13 P a g e Budaya juga memiliki fungsi menurut Toomey tahun 1999 dalam Rini Darmastuti, 2013 36-37, antara lain. 1. Budaya dapat memberikan makna terhadap identitas yang dianutnya. 2. Budaya dianggap mampu menciptakan inklusi sehingga orang-orang dapat membedakan mana in-group dan outgroup. 3. Budaya membentuk sikap seseorang tentang in-group dan out-group berkaitan dengan orang yang secara kultural tidak sama. 4. Budaya dianggap dapat memfasilitasi proses-proses adaptasi diantar diri, komunikasi kebudayaan, dan lingkungan yang besar. 5. Budaya dan komunikasi saling memiliki keterkaitan dan tidak terpisah karena saling mempengaruhi. ļ¶ KEBERAGAMAN BAHASA DAN BUDAYA. Bahasa dan budaya memiliki saling keterkaitan dan menjadi kekayaan dari keberagaman kebudayaan bangsa. Salah satu contoh keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia adalah di Sumatera Selatan dengan Palembang sebagai ibukota provinsi. Palembang merupakan kota yang bersejarah dan telah berusia lebih dari 1334 tahun. Awal mula sejarah kota Palembang adalah Kerajaan Sriwijaya yang berjaya sejak abad ke-9, menurut beberapa bukti sejarah kota Palembang ada sejak 17 Juni 682 Masehi. Palembang memiliki keberagaman budaya dan bahasa, antara lain. 1. Rumah adatnya dinamakan Rumah Limas Rumah Bari. 2. Pakaian khasnya disebut Kain Songket. 3. Seni musik khasnya adalah Musik Jidur dan lagunya 4. Gending Sriwijaya. Seni budaya yang khas adalah dul-muluk dan festival 5. perahu bidar. Seni tari yang terkenal adalah Tari Tanggai dan Tari Gending Sriwijaya yang biasanya ditampilkan saat acara penyambutan tamu atau acara tertentu pernikahan KESIMPULAN 14 P a g e Komunikasi adalah hubungan timbal balik antarkomunikan yang dilakukan untuk bertukar informasi melalui media tertentu yang diharapakan dapat memberi pengaruh yang diinginkan kepada komunikator partisipan. Budaya adalah tata cara kebiasaan yang sudah ada sejak lama yang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan. Budaya mengiringi setiap kebiasaan seseorang dalam berkomunikasi karena budaya menjadi latar belakang yang melekat pada setiap individu yang berbeda. Sedangkan, komunikasi bisa efektif dan berhasil apabila komunikator dapat menyampaikan pesan ataupun informasi dengan baik. Komunikasi antar budaya sendiri merupakan subilmu dari ilmu sosialkomunikasi yang membedakan komunikasi antar budaya dengan subilmu komunikasi lainnya adalah adanya perbedaan latar belakang budaya yang relatif besar mempengaruhi komunikasi para komunikator. Dengan adanya perbedaan yang relatif besar inilah yang dapat menjadi faktor penghalang keberhasilan komunikasi yang berusaha dibangun oleh komunikator apabila komunikator tidak dapat memahami kebudayaan komunikator lain. Jadi, komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang memiliki perbedaan latar belakang kebudayaan, tetapi masih memiliki kesamaan latar belakang negara bangsa. Dengan keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia menjadi kekayaan yang tak ternilai yang menambah nilai dari bangsa Indonesia. Tidak hanya dalam nilai non materiil, tetapi juga menambah nilai materiil suatu bangsa karena mengundang keingintahuan orang asing untuk melihat keberagaman dari budaya dan bahasa di Indonesia. 15 P a g e DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Kepustakaan. Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung Rosda. Darmastuti, Rini. 2013. Mindfullness dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta Buku Litera. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. 1996. Komunikasi Antarbudaya. Bandung Rosda. Daryanto dan Muijo Rahardjo. 2016. Teori Komunikasi. Yogyakarta Gava Media. Widagdho, Djoko. 2010. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta Bumi Aksara. Adib, Muhammad. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakata Pustaka Pelajar. Prasetya, Joko Tri. 2009. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta Rieka Cipta. B. Sumber Internet. diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul diakses diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul 16 P a g eIstilah"bidang" digunakan untuk menunjuk wujud benda yang datar, sedangkan bangun /bentuk menunjukkan wujud benda yang tampak memiliki volume (mass), meskipun pada seni rupa 2 dimensi, volume tersebut hanya ilusi. Ruang. Ruang dalam karya seni rupa 2 dimensi berarti kesan dimensi dari objek atau background yang terdapat pada karya seni.
Tak bisa dipungkiri bahwa dunia yang kita tempati telah berkembang menjadi demikian maju dan menjelma menjadi apa yang kemudian dikenal sebagai āglobal Villageā desa dunia.Salah satu implikasinya adalah makin meningkatnya kontak-kontak komunikasi dan hubungan antar berbagai bangsa dan negara. Berbagai masalah bisa saja timbul ketika terjadi kontak antarbudaya,karena masing-masing pihak tidak mau memahami pihak lainnya, sementara kebudayaan yang berbeda serta merta juga diwarnai perbedaan dalam hal ideologi, orientasi dan gaya hidup. Menyadari kemungkinan timbulnya masalah karena perbedaan antarbudaya, yang bisa jadi bahkan mengerucut pada konflik, kekerasan, permusuhan, perpecahan, deskrimnasi, dsb.,maka dirasa makin perlu mempelajari masalah-masalah komunikasi luas lingkup permasalahannya, setidaknya terdapat 3tiga kategori kesadaran yang mendorong upaya menciptakan cara-cara untuk berhubungan dalam konteks antarbudayakesadaran internasional,kesadaran domestik atau dalam negeri,dan kesadaran pribadi. Kesadaran Internasional Sejak akhir tahun 60-an sampai sekarang, dunia seakan-akan semakin menyempit, karena orang-orang bertambah mudah untuk pergi ke tempat-tempat yang semula asing sana ia bertemu, bergaul dan bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin berlainan sama sekali cara berpikir dan kebiasaanya. Perkembangan alat-alat perhubungan dan juga sarana komunikasi, menjadi pemicu makin meningkatnya hubungan-hubungan antarbudaya sehingga waktu,jarak dan ruang makin tak berarti. Dalam suasana yang seperti itu maka dunia seakan terdesak untuk mengupayakan tercapainya saling pengertian antar sesama umat apa yang dianggap baik oleh suatu bangsa belum tentu dinilai baik pula oleh bangsa lain yang berbeda ideologi atau falsafah bagi masyarakat kapitalis, tidaklah masuk akal bila orang yang telah bekerja keras dan memeroleh imbalan yang memang sewajarnya untuk itu, harus dibatasi akan apa yang memang menjadi haknya demi asas pemerataan seperti selalu dicanangkan dalam masyarakat sosialis. Belajar untuk mengerti pikiran dan perilaku orang-orang lain, tidak saja menjadi perhatian utama dari pemerintah suatu negara,tetapi juga lembaga-lembaga perekonomian sosial dan keagamaan, serta individu-individu yang berusaha untuk memahami dunia yang semakin kompleks. Contoh kasus di AS, sementara pengamat mencatat bahwa sebelum Perang Dunia II sebagian besar warga AS kurang memiliki perspektif tentang dunia PD II,mereka seakan terbangun dari pandangan āisolasionistikādan mulai melihat bahwa ada masyarakat-masyarakat di luar negerinya yang sebelumnya tak saat itu, mulai menjamur tumbuhnya kursus-kursus bahasa asing. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memahami budaya lain melalui bahasanya. Pada tahun 1950-an, beberapa ahli seperti Edward T Hall menemukan bahwa lembaga-lembaga khusus yang diadakan oleh pemerintah AS untuk memberikan informasi tentang AS ke dunia luar seperti USIS,Voice of America dan lain-lain kadang-kadang kurang mempunyai pengetahuan tentang muncul istilah The Ugly American bagi pejabat-pejabat dinas luar negeri yang dirasakan kurang terlatih, sehingga kurang kesadaran dan keterampilannya untuk menangani masalah-masalah berkaitan dengan dengan komunikasi antarbudaya KAB.Hall kemudian menyusun buku āThe Silent Languageā 1959 yang bisa dianggap menandakan lahirnya KAB, karena merupakan sintesis dari berbagai hal yang pokok dan mendasar dalam memahami kebudayaan dan komunikasi, persepsi-persepsi budaya tentang ruang jarak antarpribadi dan waktu, serta hubungannya dengan berbagai kesalahpahaman antarbudaya. Kesadaran Domestik Bersamaan dengan perubahan-perubahan dunia internasional,perubahan kebudayaan juga demikian pesat terjadi di dalam beberapa AS, negara yang dikenal sebagai lahirnya KAB, selama dua puluh tahun terakhir muncul kelompok-kelompok minoritas sub-budaya seperti kelompok orang hitam,Chicanos,golongan wanita,kaum homoseksual,orang miskin, yang kian hari kian garang menyuarakan pengakuan akan dengan itu,pemerintah AS mengeluarkan undang-undang dan keputusan pengadilan yang menghapuskan deskriminasi dalam fasilitas-fasilitas pemisahā yang dibangun oleh kebudayaan dominan atas dasar ketakutan, ketidaktahuan,ketidakpedulian, dan prasangka kepada kelompok lain mulai antar warga berbeda sub-budaya pun tak terelakkan yang seringkali diwarnai kegagalan karena masalah-masalah yang muncul tidak cuma berkaitan dengan perbedaan bahasa,panjang rambut, pola penggunaan waktu,pakaian, warna kulit, tetapi lebih mendalam dan kompleks karena menyangkut perbedaan nilai dan cara memandang titik inilah, maka kebutuhan untuk memahami dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok sub-budaya demikian tadi menjadi pendorong dilakukannya studi tentang Komunikasi Antar Budaya. Di Indonesia, kebutuhan untuk studi tentang KAB kiranya merupakan hal yang tidak perlu ditunda lagi karena di Indonesia dengan banyaknya suku bangsa dengan bahasa, dialek, nilai-nilai dan falsafah pemikirannya masing-masing, tidak mustahil akan membuka kemungkinan terjadinya kesalahpaman dan bahkan sampai konflik itu,ada gejala munculnya kelompok-kelompok sub-budaya di kota-kota besar seperti kelompok kaum āhomoseksā,āanak gaulā dengan āgeng dan bahasa prokemnyaā, menambah variasi kebudayaan di negeri kita semakin kaya. Namun dengan āvariasiāini, tentunya kemungkinan timbulnya permasalahan sosial akan meningkat pula Kesadaran Pribadi Terdapat beberapa keuntungan yang bisa didapat oleh individu secara pribadi dari studi Komunikasi Antar Budaya, di antaranya Perasaan senang dan puas dalam menemukan sesuatu yang baru, dalam hal ini kebudayaan orang lain yang belum pernah diketahui atau disadari sebelumnya. Pengetahuan tentang KAB dapat membantu untuk menghindari masalah-masalah komunikasi, misal pemahaman tentang faktor-faktor yang melatar belakangi persepsi seseorang akan menjadi pedoman dalam memperlakukan mereka. Kesempatan-kesempatan kerja yang terbuka bagi orang yang memiliki kemampuan dalam hal KAB Memberikan kesempatan untuk mempersepsikan dan memahami diri sendiri. Penjelasan Konseptual Komunikasi Antar Budaya Pengertian Komunikasi Lintas Budaya cross-cultural dan Antar Budaya inter-cultural biasanya tidak begitu istilah itu biasanya dipakai secara berganti-ganti dengan makna yang hampir sama. Meski dalam tulisan ini nantinya akan memakai kedua istilah tersebut secara bergantian,namun ada baiknya kita menelusuri nuansa perbedaan arti yang sempat muncul dalam literatur KAB. Mari kita simak beberapa definisi tentang komunikasi antarbudaya berikut ini Komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain Sitaram, 1970. Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi di antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya Rich,1974 Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan Stewart,1974 Komunikasi antarbudaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna di antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya Gernard Maletzke, 1976 Dari beberapa definisi yang kita petik di atas nampak sekali bahwa komunikasi antar budaya lebih menekankan aspek utama yakni komunikasi antarpribadi di antara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda. Yang menjadi pertanyaan di sini, apakah komunikasi antarbudaya hanya terjadi ketika adanya komunikasi antara orang atau kelompok orang yang berbeda bangsanya?Pertanyaan seperti ini wajar mengemuka karena memang banyak studi komunikasi antarbudaya seolah-olah menyebutkan orang Jepang, orang Indonesia, orang Amerika Latin, dan lain-lain sebagai orang dengan satu kebudayaan yang ada dan berkembang dalam setiap bangsa itu belum tentu pemrakarsa komunikasi antarbudaya,umumnya memang memberikan gambaran bahwa setiap bangsa mempunyai satu kebudayaan yang yang mau dihomogenisasikan itu adalah konsep suku bangsa/state dengan the people. Dalam tulisan ini, konsep komunikasi antarbudaya dimaknai sebagai komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan yang berbeda budaya, bahkan dalam satu bangsa asumsi ini,misal, telah terjadi komunikasi antarbudaya ketika berlangsung komunikasi antarpribadi antara orang Jawa dengan orang Flores. Studi Awal tentang Komunikasi Antar Budaya Kajian awal tentang komunikasi antarbudaya dimulai oleh Asante dan kawan-kawan pada tahun kemudian dengan lahirnya International and Intercultural Communication Annual pada tahun 1983 yang dalam setiap terbitannya menampung karya-karya bertema komunikasi pertama tentang āTeori komunikasi antarbudayaā diluncurkan tahun 1983 oleh Gudykunst, disusul tahun 1988 oleh Kim dan Gudykunst, sedangkan tema metode penelitian ditulis oleh Gudykunst dan Kim tahun 1984 Edisi lain tentang komunikasi, kebudayaan, proses kerjasama antarbudaya ditulis oleh Gudykunst, Stewart dan Ting Toomy tahun 1985, komunikasi antaretnik oleh Kim tahun 1988, dan terakhir komunikasi/bahasa dan kebudayaan oleh Ting Toomy & Korzenny, tahun 1988. Pada tahun-tahun belakangan ini 1990-an dst studi-studi komunikasi antarbudaya diperluas meliputi pula studi diplomasi antarbangsa,misalnya Penelitian Komunikasi Kemanusiaan,Jurnal Komunikasi Internasional dan Relasi Antarbudaya,Jurnal Studi Tentang Orang Hitam, serta Jurnal Bahasa dan Psikologi Sosial. Di sini pertlu dicatat peran Mc Luhan sebagai orang pertama yang memberikan penekanan pada kajian komunikasi antarbudaya karena dia melihat adanya gejala makin meningkatnya hubungan dan ketergantungan gagasan McLuhan itulah kemudian lahir konsep āTatanan Komunikasi dan Informasi Dunia Baruā yang memengaruhi perkembangan sejumlah penelitian tentang perbedaan budaya antaretnik, rasial dan golongan di semua bangsa. Konsep Komunikasi Lintas Budaya Sekarang bagaimana dengan konsep Komunikasi Lintas Budaya?Pada mulanya, studi komunikasi lintas budaya memang berangkat dari perspektif antropologi sosial dan budaya sehingga lebih bersifat depth description, yakni penggambaran yang mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu. Satu contoh studi tentang komunikasi lintas budaya,seperti dilakukan oleh William 1966 dalam Samovar dan Porter 1976, berkisar pada perbandingan perilaku komunikasi antarbudaya dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan 1 persepsi, yaitu sifat dasar persepsi dan pengalaman persepsi, peranan lingkungan sosial dan fisik terhadap pembentukan persepsi;2 kognisi, yang terdiri unsur-unsur khusus kebudayaan, proses berpikir, bahasa dan cara berpikir;3 sosialisasi, berhubungan dengan masalah sosialisasi universal dan relativitas, tujuan-tujuan institusionalisasi; dan 4 kepribadian, misalnya tipe-tipe budaya pribadi yang mempengaruhi etos, dan tipologi karakter atau watak bangsa. Contoh studi lintas budaya yang menarik lainnya adalah seperti karya Erika Vora dan Jay dalam Asante dkk.1979. Penelitian tersebut bertujuan membandingkan pola-pola perilaku para keluarga di tiga negara India, Amerika Serikat dan Jerman Barat. Dari pemaparan di atas dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut Dilihat dari sifat kajiannya istilah komunikasi antarbudaya nampaknya lebih kompleks maknanya ketimbang komunikasi lintas budaya karena banyak kajian komunikasi antarbudaya yang mendekati objeknya melalui pendekatan kritik budaya, sedangkan komunikasi lintas budaya lebih memfokuskan diri pada upaya deskripsi perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi di antara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. Dimensi-dimensi Komunikasi Antar Budaya Ada 3 tiga dimensi yang perlu diperhatikan untuk sampai pada pemahaman tentang kebudayaan dalam konteks KAB Pertama, tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan; Kedua, konteks sosial tempat terjadinya KAB; Ketiga, saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB baik yang bersifat verbal maupun nonverbal Dimensi pertama menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk pada macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas dari organisasi istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai berikut Kawasan-kawasan dunia, misal budaya timur, budaya barat Subkawasan-kawasan di dunia, misalnya budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara. Nasonal/negara,misalnya budaya Indonesia,budaya Perancis, budaya Jepang. Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti ; budaya orang Amerika Hitam,Budaya Amerika Asia, Budaya Cina-Indonesia. Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin, kelas sosial, coundercuklture budaya Hippis, budaya orang di penjara,budaya gelandangan, budaya kemiskinan Contoh kajian KAB dimensi pertama misalnya,komunikasi antarndividu dengan kebudayaan nasional yang berbeda wirausaha Jepang dengan wirausaha Amerika atau Indonesia atau antar individu dengan kebudayaan ras-etnik yang berbeda seperti antar pelajar penduduk asli dengan guru ada yang mempersempit lagi pengertian pada ākebudayaan individualā karena setiap orang mewujudkan latar belakang yang unik. Dimensi kedua menyangkut Konteks Sosial. Misal, konteks sosial KAB pada organisasi, bisnis, penddikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang sementara, perkembangan alih teknologi/pembangunan/difusi inovasi, konsultasi terapis. Dalam dimensi ini bisa saja muncul variasi kontekstual, misalnya, komunikasi antarorang Indonesia dengan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antarkeduanya dalam berperan sebagai dua orang mahasiswa dari suatu universitas. Dengan demikian konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan pada para partisipan hubungan-hubungan antarperan, ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus. Dimensi ketiga, berkaitan dengan saluran komunikasi. Secara garis besar, saluran dapat dibagi atas Antarpribadi/orang Media massa Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga memengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya,orang Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan memiliki pengalaman yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada di sana dan melihat dengan mata kepala sendiri. Umumnya, pengalaman komunikasi antarpribadi dianggap memberikan dampak yang lebih melalui media kurang dalam feedback langsung antarpartisan dan oleh karena itu, pada pokoknya bersifat satu saluran antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai jumlah besar manusia sekaligus bersifat antarbudaya bila partisipan-partisipannya berbeda latar belakang budayanya. Ketiga dimensi di atas dapat digunakan secara terpisah ataupun bersamaan,dalam mengklasifikasikan fenomena komunikasi antarbudaya kita dapat menggambarkan komunikasi antara Presiden Indonesia dengan Dubes baru dari Nigeria sebagai komunikasi internasional, antarpribadi dalam konteks politik; komunikasi antara pengacara AS dari keturunan Cina dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai komunikasi antarras/antaretnik dalam konteks bisnis;komunikasi imigran dari Asia di Australia sebagai komunikasi antaretnik,antarpribadi dan massa dalam konteks akulturasi. Referensi Berger & Chaffee Eds Handbook of Communication Hills,CalivorniaSage,1987 Antarbudaya Sebuah perbandingan antara Jepang ā Amerika,terjemahan Hassan Shadily, CV Antarkarya, Jakarta, 1994 Gudykunst,William B.Ed āIntercultural Communication Theory ā Beverly Hills, Calivornia Sage Publications, 1983 Liliweri, Alo. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya,Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2001 Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin Eds.KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya,PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001 Ditulis dalam Komunikasi Lintas BudayaKomunikasi antar budaya merupakan proses komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang memiliki kebudayaan berbeda-beda, baik beda ras, etnik, sosial ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan. Komunikasi antar budaya terus berkembang, apalagi disaat manusia bisa bebas berkomunikasi karena adanya perkembangan teknologi. Kebudayaan merupakan cara hidup yang berkembang dan dianut oleh masyarakat serta berlangsung dari generasi ke generasi selanjutnya. Komunikasi yang terjalin karena adanya perbedaan merupakan hasil dari keanekaragaman, pengalaman, nilai, dan juga cara pandang dari masing-masing budaya. Hamid Mowlana menyebutkan jika komunikasi antar budaya sebagai human flow across national boundaries. Sedangkan Fred E. Jandt mengatakan bahwa komunikasi antar budaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang-orang yang memiliki perbedaan dalam budayanya. Pengertian Komunikasi Antar BudayaPeran Bahasa dalam Komunikasi Antar BudayaHakikat Komunikasi Antar Budaya1. Enkulturasi2. AkulturasiFungsi Komunikasi Antar Budaya1. Fungsi Pribadia. Menyatakan Identitas Sosialb. Menyatakan Integrasi Sosialc. Menambah Pengetahuand. Melepaskan Diri2. Fungsi Sosiala. Fungsi Sosial Pengawasanb. Menjembatanic. Sosialisasi Nilaid. Menghibur3. Menyatakan Identitas Sosial4. Menyatakan Integrasi Sosial5. Menambah Pengetahuan6. Hubungan InteraksiPrinsip Komunikasi Antar Budaya1. Relativitas Bahasa2. Bahasa Sebagai Cermin Budaya3. Mengurangi Ambigu Antar Budaya4. Perbedaan Antar Budaya5. Interaksi Awal dan Perbedaan Antar Budaya6. Memaksimalkan Hasil InteraksiBentuk Komunikasi Antar Budaya1. Komunikasi Internasional2. Komunikasi Antar Ras3. Komunikasi Antar EtnisFaktor Terjadinya Komunikasi Antar Budaya1. Mobilitas2. Ekonomi4. Imigrasi5. PolitikManfaat Mempelajari Komunikasi Antar BudayaKategori SosiologiMateri Sosiologi Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah sebuah proses negosiasi atau pertukaran dari sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan dengan cara Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antar budaya yang juga membahas satu tema yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung pada persetujuan antar subjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama. Sebagai pembimbing sebuah perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai macam cara. Selain itu kajian komunikasi antar budaya berakar dari beberapa kajian ilmu lainnya, yaitu seperti sosiolinguistik, sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat kajian ilmu tersebut, psikologi menjadi acuan utama dalam menjelaskan komunikasi lintas budaya, khususnya psikologi lintas budaya. Sumber Peran Bahasa dalam Komunikasi Antar Budaya Komunikasi yang terjadi antar budaya seringkali terdengar. Hal ini karena kebudayaan atau pola hidup mereka yang berbeda akan membuat kesalahpahaman di antara kedua individu. Sehingga, perlu adanya sesuatu yang dapat menurunkan tingkat kesalahpahaman di antara kedua individu agar tidak terjadi pertikaian. Hal itu dapat ditemukan pada bahasa baik verbal maupun nonverbal. Peranan bahasa saat ini merupakan alat yang tentunya sangat berperan penting dalam komunikasi antar budaya. Dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa kebangsaan, maka akan meminimalisir kesalahpahaman. Karena, bahasa sendiri yang dapat memilah mana marah, mana senang, dan mana yang sedih. Dan juga, bahasa merupakan simbolik dari rasa. Hakikat Komunikasi Antar Budaya Terdapat beberapa macam pada hakikat komunikasi antar budaya, yaitu 1. Enkulturasi Enkulturasi mengacu pada proses yang mana kultur atau budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita bisa mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Dan bagi orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru utama dalam bidang kultur. 2. Akulturasi Akulturasi mengacu pada proses yang mana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lainnya. Fungsi Komunikasi Antar Budaya 1. Fungsi Pribadi Fungsi pribadi adalah fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seseorang individu. Berikut identitas pada fungsi pribadi a. Menyatakan Identitas Sosial Dalam proses komunikasi antar budaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang bisa digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan non verbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang. b. Menyatakan Integrasi Sosial Inti dari konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antar pribadi, antar kelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Dan perlu dipahami pula bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antar budaya yang melibatkan perbedaan budaya antara komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan pada prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antar budaya adalah saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikianlah komunikator dan komunikan bisa meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka. c. Menambah Pengetahuan Seringkali dalam komunikasi antar pribadi maupun antar budaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing. d. Melepaskan Diri Terkadang kita dalam berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris. Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku pada seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku yang komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya, hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku yang lainnya. 2. Fungsi Sosial a. Fungsi Sosial Pengawasan Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktik komunikasi antar budaya di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antar budaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan āperkembanganā tentang lingkungan. Fungsi seperti ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarkan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda. b. Menjembatani Dalam proses komunikasi antar budaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu bisa terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya akan saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan oleh berbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa. c. Sosialisasi Nilai Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain. d. Menghibur Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antar budaya. Misalnya menonton tarian tradisional. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antar budaya. 3. Menyatakan Identitas Sosial Dengan adanya komunikasi antar budaya, individu tersebut dapat menunjukkan identitas sosialnya sendiri. 4. Menyatakan Integrasi Sosial Komunikasi antar budaya dapat menyatukan dan mempersatukan antar pribadi dalam interaksi tersebut. 5. Menambah Pengetahuan Komunikasi antar budaya pun dapat memberikan wawasan yang baru, bahkan wawasan yang belum pernah diketahui oleh individu tersebut. 6. Hubungan Interaksi Selain itu, komunikasi antar budaya juga dapat menciptakan hubungan yang komplementer serta hubungan yang selaras. Prinsip Komunikasi Antar Budaya 1. Relativitas Bahasa Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan juga perilaku yang paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan di sepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kata. Karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia. 2. Bahasa Sebagai Cermin Budaya Bahasa tentu mencerminkan suatu budaya. Semakin besar perbedaan budayanya, maka semakin nampak perbedaan komunikasinya, baik dalam bahasa maupun dalam isyarat non verbal. Semakin besar perbedaan antara budaya maka semakin sulit pula komunikasi untuk dilakukan. 3. Mengurangi Ambigu Antar Budaya Tahukah Grameds, semakin besar perbedaan antar budaya, maka semakin besarlah ketidakpastian dan ambiguitas dalam sebuah komunikasi. Banyak dari komunikasi kita yang berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar, maka diperlukan lebih banyak pula waktu dan juga upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna. 4. Perbedaan Antar Budaya Semakin besar perbedaan antar budaya, maka semakin besar pula kesadaran diri para partisipan selama komunikasi berlangsung. Hal ini memiliki konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Dan negatifnya, tentu ini akan membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri. 5. Interaksi Awal dan Perbedaan Antar Budaya Perbedaan antar budaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya. 6. Memaksimalkan Hasil Interaksi Dalam komunikasi antar budaya seperti dalam semua komunikasi, kita tentu berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank 1989 mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antar budaya. Sebagai contoh, orang akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka pikirkan akan memberikan hasil positif. Hal ini karena komunikasi antar budaya itu sulit, dan mungkin Grameds akan menghindarinya. Dengan demikian, misalnya Grameds akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda. Kedua, jika kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, jika kita membuat prediksi tentang makna perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif. Dalam komunikasi, Grameds mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pemilihan topik, posisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Kemudian, Grameds bisa melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif. Sumber Bentuk Komunikasi Antar Budaya Komunikasi antar budaya tentu memiliki bentuk-bentuknya. Berikut bentuk-bentuk dari komunikasi antar budaya, yaitu 1. Komunikasi Internasional International Communications atau komunikasi internasional adalah bentuk komunikasi antar budaya yang terjadi antara dua negara atau lebih. Bentuk ini dapat dilihat dari berbagai macam kegiatan diplomasi maupun propaganda yang seringkali berkaitan dengan kondisi intercultural atau antar budaya dan interracial atau antar ras. Pada bentuk komunikasi ini cenderung berkaitan dengan kepentingan suatu negara dengan negara lainnya yang meliputi permasalahan ekonomi, politik, pertahanan dan lainnya. 2. Komunikasi Antar Ras Komunikasi antar ras atau interracial communication adalah sebuah bentuk komunikasi yang terjadi apabila adanya interaksi atau proses komunikasi pada individu atau kelompok yang berbeda ras. Bentuk komunikasi ini memiliki ciri utama, yaitu komunikan dan komunikator berasal dari ras yang berbeda. Ras sendiri merupakan klasifikasi sekelompok individu berdasarkan karakteristik biologis. 3. Komunikasi Antar Etnis Komunikasi antar etnis atau Interethnic Communication adalah bentuk komunikasi yang mana proses komunikasinya berasal dari etnis yang berbeda. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang ditandai dengan bahasa dan asal-usul yang sama. Oleh karena itu, komunikasi antar etnis merupakan komunikasi antarbudaya. Faktor Terjadinya Komunikasi Antar Budaya Dalam terjadinya komunikasi antar budaya terdapat beberapa faktor, yaitu 1. Mobilitas Perjalanan dari negara satu ke negara lainnya bukan menjadi hal yang khusus lagi, atau kegiatan seperti ini sudah menjadi kegiatan yang umum dilakukan oleh masyarakat. Hal itu terjadi karena adanya peluang-peluang bisnis yang menggiurkan dan pendidikan yang menjamin. Sehingga terjadilah mobilitas yang luas dan terjadilah berbagai budaya yang menyatu pada satu wilayah. 2. Ekonomi Faktor ekonomi juga mempengaruhi adanya komunikasi antarbudaya. Seperti contohnya, negara Indonesia yang memiliki ekonomi berkembang akan mengalami ketergantungan dengan negara yang memiliki tingkat perekonomian tinggi. Sehingga, terjadilah perpindahan pekerjaan dan terjadilah penyatuan budaya dalam Teknologi akhir-akhir ini memang tumbuh semakin pesat. Sehingga teknologi pun mampu membawa kultur luas masuk ke suatu wilayah yang dapat mempengaruhi budaya bangsa. Oleh karena itu, teknologi pun mampu membuat komunikasi antarbudaya ini menjadi lebih mudah dan praktis. Bahkan cepat atau lambat, teknologi dapat memberikan dampak akan terjadinya pertukaran budaya secara besar-besaran. 4. Imigrasi Sudah tidak aneh lagi, ketika kita berjalan di rumah sendiri, kita melihat orang asing di sekeliling kita. Hal itu terjadi karena adanya kegiatan imigrasi untuk suatu kepentingan. Sehingga, terjadilah penyatuan budaya atau biasa disebut dengan akulturasi. Akulturasi tersebut menyebabkan terjadinya komunikasi antarbudaya. 5. Politik Kepentingan politik pun juga ikut andil memberikan dampak munculnya komunikasiantar budaya. Seperti halnya saat Raja Arab berkunjung ke Indonesia, atau sebaliknya, saat Presiden Jokowi berkunjung ke Negara Australia. Kunjungan negara inilah yang mendatangkan komunikasi antar budaya. Manfaat Mempelajari Komunikasi Antar Budaya Berbeda halnya dengan komunikasi antarbudaya. Komunikasi yang terletak pada pola hidup atau cara hidup seseorang yang berbeda-beda dan seringkali membuat kesalahpahaman antar individu ketika berkomunikasi. Sehingga, kita perlu adanya mempelajari komunikasi antarbudaya ini. Dengan kita mau mempelajari komunikasi antarbudaya ini, maka kita akan mendapatkan manfaat dalam berkomunikasi. Seperti halnya ketika kita bertemu dengan orang yang pola hidup berbeda dengan kita. Hal ini agar tidak terjadi kesalahpahaman bahkan pertikaian ketika berkomunikasi dengan orang tersebut. Kemudian manfaat lainnya yang bisa kita dapatkan adalah di saat posisi kita sebagai orang ketiga yang melihat kedua orang sedang bertikai karena komunikasi mereka saling salah paham. Maka, di sanalah kita bisa menjadi jembatan di antara keduanya sampai kesalahpahaman itu selesai. Jika Grameds tertarik untuk mempelajari komunikasi antar budaya kamu bisa membaca buku sebagai penambahan ilmu dan juga informasi yang bisa kamu dapatkan di Sebagai SahabatTanpaBatas kami selalu memberikan yang terbaik agar kamu memiliki informasi LebihDenganMembaca. Penulis Yufi Cantika Sukma Ilahiah Baca juga ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Daridimensi sosial, ilmu komunikasi bertujuan untuk bisa mensosialisasikan ide-ide, melakukan pengawasan, menjadi hiburan positif, memperkokoh norma-norma sosial, dan sebagainya. Dari dimensi budaya, ilmu komunikasi diharapkan mampu mengikis konflik antar budaya serta memperkenalkan nilai-nilai budaya masyarakat kepada masyarakat lain.Ruang Lingkup, Pengertian dan Dimensi Komunikasi Antar Budaya Olly Aurora KAB sebagai Suatu Fenomena Sosial Kemajuan yang luar biasa dibidang teknologi komunikasi telah menyebabkan dunia ini terasa sempit. Betapa tidak, untuk mengunjungi negeri-negeri yang jauh atau tempat wisata mancanegara tidak lagi harus datang secara fisik, cukup menyaksikannya melalui layar televisi atau internet. ⢠Diawal pemerintahannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY beberapa kali melakukan telewicara dengan masyarakat dibeberapa propinsi dalam waktu yang bersamaan. Yudhoyono sepertinya memahami betul bahwa tidak mungkin dapat mengunjungi seluruh pelosok Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau, maka melakukan telewicara atau teleconference adalah pilihan yang tepat Fenomena inilah yang disebut Mc. Luhan sebagai global village, dimana ciri utamanya disandarkan kepada ⢠Adanya keinginan akan keseragaman yang meningkat. ⢠Adanya keinginan akan pengalaman yang sama. ⢠Meningkatnya pengaruh media elektronik, seperti televisi, satelit komunikasi, antena parabola dan sebagainya Rumondor, 2001. KAB sebagai Suatu Fenomena Sosial ⢠Pertemuan antara individu dengan latar belakang kebudayaan yang berlainan Samovar, 1981 ⢠Masyarakat yang Meletzke, 1978 bersifat mobile dan dynamic ⢠Perbedaan ekspektasi yang sering menimbulkan resiko Hall & Whyte, 1979 ⢠Tumbuh rasa saling membutuhkan di seluruh dunia Schramm, 1976 Ruang Lingkup Komunikasi Antarbudaya Ruang lingkup komunikasi antarbudaya dapat dirinci ke dalam empat wilayah utama, yaitu ⢠Mempelajari komunikasi antarbudaya dengan pokok bahasan proses komunikasi antarpribadi dan komunikasi antarbudaya termasuk di dalamnya, komunikasi di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan, suku bangsa, ras dan etnik. ⢠Komunikasi lintas budaya dengan pokok bahasan perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi lintas budaya. Ruang Lingkup Komunikasi Antarbudaya ⢠Komunikasi melalui media di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan namun menggunakan media. ⢠Mempelajari perbandingan komunikasi massa, misalnya membandingkan sistem media massa antarbudaya, perbandingan komunikasi massa, dampak media massa, tatanan informasi dunia baru. Perlunya Mempelajari KAB ⢠Litvin merinci sekurang-kurangnya 12 alasan mengenai pentingnya mempelajari komunikasi antarbudaya, yaitu 1. Dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan 2. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilai berbeda. 3. Nilai-nilai setiap masyarakat seābaikā nilai-nilai masyarakat lainnya. Perlunya Mempelajari KAB 4. Setiap individu dan/atau budaya berhak menggunakan nilainya sndiri. 5. Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku. 6. Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain. Perlunya Mempelajari KAB 7. Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah manusia. 8. Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antarpribadi adalah suatu usaha yang memerluka kebranian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dia, tetapi semain berbahaya untuk memahaminya. 9. Pengalaman-pengalaman antarbudaya dapat menyenangkan dan menumbuhkan kepribadian. Perlunya Mempelajari KAB 10. Keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multikultural. 11. Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahan atau memudahkan. Perlunya Mempelajari KAB 12. Situasi-situasi komunikasi antarbudaya tidaklah static dan bukan pula stereotip. Karena itu, seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Ia harus disiapkan untuk menghadapi suatu situasi eksistensial. Dalam konteks ini kepekaan, pengetahuan dan keterampilannya bisa membuatnya siap untuk berperan serta dalam menciptakan lingkungan yang efektif dan saling memuaskan Mulyana, ed. , 2001 xi. Perlunya Mempelajari KAB ⢠Kesadaran Internasional ; mobilitas yang meningkat, teknologi komunikasi & teknologi transportasi yang modern, kesadaran akan masalah-masalah dunia yang harus ditangani bersama perang, modernisasi, komunisme, globalisasi, terorisme, dsb ⢠Kesadaran domestik ; munculnya pelbagai macam kelompok subbudaya yang menyimpang dari kebudayaan dominan masyarakat kaum homoseksual, pengemis, waria, PSK, dll ⢠Kesadaran pribadi ; keadaan dunia yang memaksa ākitaā menjadi sesorang yang secara sosial maupun psikologis merupakan produk dari pertemuan dan pencampuran macam-macam kebudayaan. Definisi KAB ⢠Beberapa pakar mendefinisikan komunikasi antarbudaya dalam banyak perspektif, di antaranya 1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, antaretnik dan ras, antarkelas sosial. 2. Samover dan Porter Komunikasi antarbudaya terjadi di antara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda. Definisi KAB 3. Chaley H. Dood Komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta Liliweri, 2003 10. 4. Joseph De. Vito 1997 Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda ā antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda Definisi KAB 5. Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss Komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi antara dua anggota dari latar budaya yang berbeda, yakni berbeda rasial, etnik atau sosial-ekonomis. 6. Liliweri Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antar pribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya. Dimensi ā Dimensi KAB 1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan komunikasi Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. ⢠Kawasan ā kawasan di dunia budaya timur/barat, ⢠Sub kawasan-kawasan di dunia budaya Amerika Utara/Asia, ⢠Nasional/Negara budaya Indonesia/Perancis/Jepang , ⢠Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara budaya orang Amerika Hutam, budaya. Amerika Asia, budya Cina Indonesia, ⢠Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin kelas sosial. Countercultures budaya Happie, budaya orang dipenjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan. Dimensi ā Dimensi KAB 2. Konteks sosial tempat terjadinya KAB Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaan dalam hal unsur- unsur dasar dan proses komunikasi manusia transmitting, receiving, processing. Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran. Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan antarnya. Dimensi ā Dimensi KAB Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi proses-proses komunikasi antar budaya misalnya komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antarkeduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas. Jadi konteks sosial khusus tempat terjadinya komunikasi antar budaya memberikan pada partisipan hubungan-hubungan antar peran. ekpektasi, norma-norma dan aturan- aturan tingkah laku yang khusus. Dimensi ā Dimensi KAB Biasanya yang termasuk dalam studi KAB ; ⢠Bisnis ⢠Organisasi ⢠Pendidikan ⢠Politik ⢠dsb Dimensi ā Dimensi KAB 3. Saluran KAB ⢠Antarpribadi ⢠Media masaa SALURAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ANTAR PRIBADI orang dg orang scra lgsg MEDIA MASSA radio, surat kabar, tv, film, majalah Istilah-Istilah yang berkaitan dengan KAB ⢠International Communication ; interaksi antara struktur 2 politik atau negara 2 yang sering dilakukan oleh wakil 2 dari negara 2 atau bangsa 2 tsb. Sitaram, 1970 ⢠International Communication ; proses komunikasi antara negara 2 atau bangsa 2 yang melampaui batas 2 negara. Meletzke, 1976 ⢠Intracultural Communication ; terjadi antara individu 2 dari kebudayaan yang sama dan bukan antara individu 2 dari kebudayaan yang berbeda. Sitaram, 1970 Istilah-Istilah yang berkaitan dengan KAB ⢠Minority Communication ; komunikasi antara anggota 2 subbudaya minoritas dengan anggota 2 budaya mayoritas yang dominan. Sitaram, 1970 ⢠Transracial Communication ; orang 2 dari latar belakang etnik atau ras yang berbeda dalam suatu situasi interaksi verbal. Arthur Smith, 1971 ⢠Interracial Communication ; komunikasi antara anggota 2 dari kelompok 2 rasial yang berbeda. Rich, 1974 ⢠Contracultural Communication ; komunikasi antar anggota 2 dari dua kebudayaan asing satu sama lain, tetapi secara relatif sejajar, dalam suatu hubungan kolonial dimana satu kebudayaan dipaksa untuk tunduk pada kebudayaan yang lain. Rich, 1974 Istilah-Istilah yang berkaitan dengan KAB ⢠Countercultural Communication ; interaksi antara anggota 2 suatu kelompok subbudaya atau budaya yang anggota 2 nya terasingkan dari kebudayaan atau masyarakat yang dominan, tetapi secara aktif dapat melawan nilai 2 tadi, sehingga seringkali menghasilkan konflik. Peosser, 1978 ⢠Dodd 1982 membagi situasi perbedaan antarbudaya khususnya yang bisa dimasukkan ke dalam pengertian komunikasi subbudaya subcultural communication ke dalam a. Interethnic Communication ; kumpulan orang yang dapat dikenal secara unik dari warisan tradisi kebudayaan yang sama, seringkali asalnya bersifat nasional. Contoh italian-american, mexican-american Istilah-Istilah yang berkaitan dengan KAB b. Interracial Communication ; komunikasi dengan latar belakang ras yang berbeda. Ras diartikan sebagai ciri 2 penampilan fisik yang diturunkan diwariskan secara genetik. c. Countercultural Communication ; melibatkan orang 2 dari budaya pokok yang berkomunikasi dengan orang 2 dari subbudaya yang terdapat dalam budaya pokok tadi. d. Social Class Communication ; perbedaan antara orang 2 berdasarkan status yang ditentukan oleh pendapatan, pekerjaan dan pendidikan, perbedaan ini menciptakan kelas 2 sosial dalam masyarakat. e. Group Membership ; unit 2 subbudaya yang cukup menonjol berdasarkan homogenitas dalam karakteristik ideologi dan loyalitas kelompok.Terbitannyatermasuk yang paling berpengaruh dalam ilmu sosial, khususnya.komunikasi antar budaya dalam beberapa dekade terakhir. Untuk lebih memahami dan mengklasifikasikan model 5 dimensi Geert Hofstede, yang akan disajikan pada bab berikut, pemahamannya tentang budaya harus dijelaskan terlebih dahulu.